BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
belakang
Evaluasi pembelajaran adalah sistem.
Artinya suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai unsur sebagai satu
kesatuan. Masing-masing unsur mempunyai fungsi dan peran tersendiri dan
perubahan dalam salah satu unsur akan berpengaruh pada unsur yang lainnya.
Dalam dunia pendidikan, evaluasi merupakan suatu kegiatan yang tak terpisahkan
dan sama pentingnya dengan proses pembelajaran.
Pembelajaran tanpa kegiatan evaluasi akan kehilangan makna.
Sebab guru tidak akan memperoleh informasi penting tentang tingkat pencapaian
tujuan, tingkat penguasaan materi belajar, kekuatan, kelemahan siswa dalam
belajar, serta kekuatan-kelemahan guru dalam proses pembelajaran yang
dikembangkan. Walaupun evaluasi dianggap penting dan sudah merupakan pekerjaan
rutin guru, namun dalam kenyataan sehari-hari di lapangan sistem evaluasi dalam
pembelajaran bukan berarti tanpa persoalan. Berdasar pengamatan sepintas di
lapangan, beberapa persoalan tersebut paling tidak berkaitan dengan pemahaman konsep
dasar evaluasi, pelaksanaan dan pemanfaatannya, serta evaluasi program
pengajaran.
Dalam proses pembelajaran ada tiga komponen utama yang
merupakan satu kesatuan, yaitu tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, dan
evaluasi hasil belajar. Masing-masing komponen dalam proses pembelajaran
tersebut saling bergantung. Oleh karena itu ketiga komponen harus senantiasa
sesuai satu sama lainnya.
Dalam melakukan evaluasi terhadap alat pengukur yang telah
digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar dari para peserta didiknya
(muridnya, siswa, mahasiswa dan lain-lain). Alat pengukur dimaksud adalah tes
hasil belajar, yang sebagai mana telah kita maklumi, batang tubuhnya terdiri
dari kumpulan butir-butir soal (=item, tes). Dalam aplikasinya mempunyai fungsi
dan peranan yang sangat penting dalam hal untuk mengetahui tujuan yang ingin
dicapai.
2.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
Menganalisis
Kesukaran soal ?
2.
Bagaimana
Menganalisis
daya pembeda soal ?
3.
Bagaiman kegunaan hasil analisis butir
soal ?
3.
Tujuan
Masalah
1.
Untuk
memahami cara menganalisis kesukaran soal
2.
Untuk
memahami cara menganalisis daya pembeda soal
3.
Untuk
memahami kegunaan hasil analisis butir soal
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Analisis Butir Soal
Butir soal merupakan perangkat utama dalam sistem penilaian
terhadap siswa di sekolah. Untuk itu sangat penting menentukan mana soal-soal
yang cacat atau tidak berfungsi penggunaannya. Pendidik perlu meningkatkan
kualitas butir soal melalui analisis terhadap tiga komponen utama yang meliputi
(1) tingkat kesukaran, (2) daya pembeda, dan (3) pengecoh soal. (http://gurupembaharu.com/home/panduan-analisis-butir-soal/ diakses pada tanggal 29 oktober
2013)
Analisis butir soal merupakan suatu
prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat
khusus terhadap butir tes yang akan kita susun. Analisis butir soal pada
dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item soal benar-benar baik,
sehingga diperlukan analisis terhadapnya.Analisis item soal terutama dapat
dilakukan untuk tes objektif. Dimana tes objektif merupakan alat evaluasi
(hasil belajar mengajar) yang mengukur kepada objek-objeknya. Hal ini tidak
berarti bahwa tes uraian tidak dapat di analisis, akan tetapi memang dalam
menganalisis butir tes uraian belum ada pedoman secara standar. (http://ilm9.blogspot.com/2012/11/analisis-butir-soal_3221.html di akses
pada tanggal 29 oktober 2013)
Kegiatan
menganalisis butir soal merupakan proses pengumpulan, peringkasan dan
penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang setiap
penilaian. Analisis butir tes merupakan kegiatan penting dalam upaya memperoleh
instrument yang berkategori baik. Analisis ini meliputi: Menentukan validitas
dan reliabilitas tes, dan Analisis butir tes. Menurut Thorndike & Hagen,
analisis terhadap butir tes yang telah dijawab siswa suatu kelas mempunyai dua
tujuan, yakni:
1.
Jawaban-jawaban
soal-soal tersebut merupakan informasi diagnosis untuk meneliti pelajaran dari
kelas itu dan kegagalan-kegagalan belajarnya, serta selanjutnya untuk
membimbing kea rah cara belajar yang baik,
2.
Jawaban
terhadap soal-soal dan perbaikan soal-soal yang didasarkan atas jawaban-jawaban
tersebut merupakan dasar bagi penyiapan tes-tes yang lebih baik.
Analisis butir tes bertujuan untuk
mengidentifikasi butir-butir manakah yang termasuk dalam kategori baik, kurang
baik, dan jelek. Analisis butir tes memungkinkan kita memperoleh informasi
mengenai baik tidaknya suatu butir, sekaligus memperoleh petunjuk untuk
melakukan perbaikan. Dengan melakukan analisis butir setidaknya kita dapat
mengetahui empat hal penting,yaitu:
1.
Bagaimana
taraf kesukaran setiap butir tes?
2.
Apakah
setiap soal memiliki daya pembeda baik?
3.
Apakah
semua alternative jawaban dapat berfungsi secara baik?
4.
Sejauhmana
tiap butir tes dapat mengukur hasil pembelajaran?
(http://ilm9.blogspot.com/2012/11/analisis-butir-soal_3221.html di akses
pada tanggal 29 oktober 2013)
Tujuan
analisis butir soal :
- mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu sebelum digunakan.
- membantu meningkatkan kualitas tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif
- mengetahui informasi diagnostik pada siswa, sudahkan mereka memahami materi yang telah diajarkan
Ada
dua jenis analisis butir soal yang dapat pendidik laksanakan, yaitu :
- Analisis secara kualitatif, prosedur peningkatan secara judgement, terkait dengan isi dan bentuk soal
- Analisis secara kuantitatif, prosedur peningkatan secara empirik, terkait dengan ciri-ciri statistiknya
Analisis
Secara Kualitatif
Pengertian
- Penelaahan ini biasanya dilakukan sebelum soal digunakan/diujikan (tes tertulis, perbuatan, dan sikap)
- Aspek yang ditelaah : segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, dan kunci jawaban/pedoman penskorannya
- Bahan penunjang : bahan-bahan penunjang seperti: (1) kisi-kisi tes, (2) kurikulum yang digunakan, (3) buku sumber, dan (4) kamus bahasa Indonesia.
Teknik
analisis
1. Teknik
moderator merupakan teknik berdiskusi yang di dalamnya terdapat satu orang
sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap butir soal didiskusikan secara
bersama-sama dengan beberapa ahli dan dimoderatori oleh satu orang.
Kelebihan : Setiap butir soal dapat dituntaskan secara
bersama-sama, perbaikannya seperti apa
Kelemahan : Teknik ini adalah memerlukan waktu lama untuk
rnendiskusikan setiap satu butir soal.
2. Teknik
panel merupakan suatu teknik menelaah butir soal yang setiap butir soalnya
ditelaah berdasarkan kaidah penulisan butir soal. Para penelaah dipersilakan
memperbaiki langsung pada teks soal dan memberikan komentarnya serta memberikan
nilai pada setiap butir soalnya yang kriterianya adalah: baik, diperbaiki, atau
diganti.
Prosedur
analisis
Untuk
mempermudah prosedur pelaksanaan dapat menggunakan format penelahaan soal yang
digunakan sebagai dasar untuk menganalisis setiap butir soal.
Model
format penelaahan soal :
Analisis Secara Kuantitatif
Pengertian
Penelaahan
butir soal didasarkan pada data empirik dari butir soal terkait yang telah
diujikan.
Pendekatan analisis
Klasik
Analisis
butir soal secara klasik adalah proses penelaahan butir soal melalui informasi
dari jawaban peserta didik guna meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan
dengan menggunakan teori tes klasik.
Kelebihan
: mudah , murah, sederhana, familier digunakan guru-guru,dapat menggunakan data
sampel kecil.
Kelemahan
:
(1)
Tingkat kemampuan dalam teori klasik adalah “true score”. Jika tes sulit
artinya tingkat kemampuan peserta didik mudah. Jika tes mudah artinya tingkat
kemampuan peserta didik tinggi.
(2)
Tingkat kesukaran soal didefinisikan sebagai proporsi peserta didik dalam grup
yang menjawab benar soal. Mudah/sulitnya butir soal tergantung pada kemampuan
peserta didik yang dites dan kemampuan tes yang diberikan.
(3)
Daya pembeda, reliabilitas, dan validitas soal/tes didefinisikan berdasarkan
grup peserta didik.
Modern
Penelaahan
butir soal dengan menggunakan Item Response Theory (IRT) atau teori
jawaban butir soal. Teori ini merupakan suatu teori yang menggunakan fungsi
matematika untuk menghubungkan antara peluang menjawab benar suatu soal dengan
kemampuan siswa.
IRT
merupakan hubungan antara probabilitas jawaban suatu butir soal yang benar dan
kemampuan siswa atau tingkatan/level prestasi siswa.
Kelebihan :
(1)
asumsi banyak soal yang diukur pada trait yang sama, perkiraan tingkat
kemampuan peserta didik adalah independen;
(2)
asumsi pada populasi tingkat kesukaran, daya pembeda merupakan independen
sampel yang menggambarkan untuk tujuan kalibrasi soal;
(3)
statistik yang digunakan untuk menghitung tingkat kemampuan siswa diperkirakan
dapat terlaksana
Kelemahan
: prosesnya cukup rumit dan sulit
Penghitungan
dalam penelaahan butir soal secara kuantitatif dapat menggunakan bantuan
kalkulato scientific atau program komputer. (http://gurupembaharu.com/home/panduan-analisis-butir-soal/ diakses pada tanggal 29 oktober
2013)
B.
Tingkat Kesukaran (TK)
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar
suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam
bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam
bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 - 1,00. Semakin besar indeks
tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah
soal itu. Suatu soal memiliki TK= 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang
menjawab benar dan bila memiliki TK= 1,00 artinya bahwa siswa menjawab benar. Perhitungan indeks tingkat kesukaran
ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang
diperoleh peserta didik pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat
kesukaran butir soal itu. Rumus ini dipergunakan untuk soal obyektif.
Rumusnya adalah seperti berikut ini:
Fungsi
tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes. Misalnya
untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki tingkat
kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi digunakan butir soal yang memiliki
tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan diagnostik biasanya
digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah.
Untuk mengetahui tingkat kesukaran
soal bentuk uraian digunakan rumus berikut ini.
Hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus di atas menggambarkan tingkat kesukaran soal
itu. Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dicontohkan seperti berikut ini.
0,00
- 0,30 soal tergolong sukar
0,31
- 0,70 soal tergolong sedang
0,71
- 1,00 soal tergolong mudah
Tingkat
kesukaran butir soal dapat mempengaruhi bentuk distribusi total skor tes. Untuk
tes yang sangat sukar (TK= < 0,25) distribusinya berbentuk positif skewed,
sedangkan tes yang mudah dengan TK= >0,80) distribusinya berbentuk negatif
skewed.
Tingkat
kesukaran butir soal memiliki 2 kegunaan, yaitu kegunaan bagi guru dan kegunaan
bagi pengujian dan pengajaran. Kegunaannya bagi guru adalah:
(1)
sebagai pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan memberi masukan
kepada siswa tentang hasil belajar mereka
(2)
memperoleh informasi tentang penekanan kurikulum atau mencurigai terhadap butir
soal yang biasa.
Adapun
kegunaannya bagi pengujian dan pengajaran adalah:
(a)
pengenalan konsep yang diperlukan untuk diajarkan ulang
(b)
tanda-tanda terhadap kelebihan dan kelemahan pada kurikulum sekolah
(c)
memberi masukan kepada siswa
(d)
tanda-tanda kemungkinan adanya butir soal yang biasa
(e)
merakit tes yang memiliki ketepatan data soal.
Di
samping kedua kegunaan di atas, dalam konstruksi tes, tingkat kesukaran butir
soal sangat penting karena tingkat kesukaran butir dapat: (1) mempengaruhi
karakteristik distribusi skor (mempengaruhi bentuk dan penyebaran skor tes atau
jumlah soal dan korelasi antarsoal), (2) berhubungan dengan reliabilitas.
Menurut koefisien alfa clan KR-20, semakin tinggi korelasi antar soal, semakin
tinggi reliabilitas.
Tingkat
kesukaran butir soal juga dapat digunakan untuk memprediksi alat ukur itu
sendiri(soal) dan kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan
guru. Misalnya satu butir soal termasuk kategori mudah, maka prediksi terhadap
informasi ini adalah seperti berikut.
1)
Pengecoh butir soal itu tidak berfungsi.
2)
Sebagian besar siswa menjawab benar butir soal itu; artinya bahwa sebagian
besar siswa telah memahami materi yang ditanyakan.
Bila
suatu butir soal termasuk kategori sukar, maka prediksi terhadap informasi ini
adalah seperti berikut.
1)
Butir soal itu "mungkin" salah kunci jawaban.
2)
Butir soal itu mempunyai 2 atau lebih jawaban yang benar.
3)
Materi yang ditanyakan belum diajarkan atau belum tuntas pembelajarannya,
sehingga kompetensi minimum yang harus dikuasai siswa belum tercapai.
4)
Materi yang diukur tidak cocok ditanyakan dengan menggunakan bentuk soal yang
diberikan (misalnya meringkas cerita atau mengarang ditanyakan dalam bentuk
pilihan ganda).
5)
Pernyataan atau kalimat soal terlalu kompleks dan panjang.
Namun,
analisis secara klasik ini memang memiliki keterbatasan, yaitu bahwa tingkat
kesukaran sangat sulit untuk mengestimasi secara tepat karena estimasi tingkat
kesukaran dibiaskan oleh sampel (Haladyna, 1994: 145). Jika sampel berkemampuan
tinggi, maka soal akan sangat mudah (TK= >0,90). Jika sampel berkemampuan
rendah, maka soal akan sangat sulit (TK = < 0,40). Oleh karena itu memang
merupakan kelebihan analisis secara IRT, karena 1RT dapat mengestimasi tingkat
kesukaran soal tanpa menentukan siapa peserta tesnya (invariance). Dalam IRT,
komposisi sampel dapat mengestimasi parameter dan tingkat kesukaran soal tanpa
biasa.( http://gurupembaharu.com/home/panduan-analisis-butir-soal/ di akses pada tanggal 29 oktober
2013)
Soal dikatakan baik apabila soal
tersebut tidak terlalu sukar atau terlalu mudah. Soal dah, yakni semua anak
dapat mengerjakan dengan benar, adalah tidak baik. Demikian juga soal yang
terlalu sukar, yaitu semua anak tidak dapat mengerjakan soal dengan benar, juga
merupakan soal yang tidak baik. Hal itu disebabkan karena soal yang terlalu
mudah tidak merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha memecahkannya.
Dan soal yang terlalu sukar menyebabkan peserta didik putus asa serta menjadi
tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.
Ada beberapa dasar pertimbangan
dalam menentukan proporsi jumlah soal kategori mudah, sedang, dan sukar.
Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan, yakni jumlah soal sama untuk
ketiga kategori tersebut. Artinya, soal mudah, sedang, dan sukar jumlahnya
seimbang. Persoalan lain adalah menentukan kriteria soal, yaitu ukuran untuk
menentukan apakah soal tersebut termasuk mudah, sedang atau sukar. Dalam
menentukan kriteria ini digunakan judgment dari guru berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut antara lain adalah:
1. Abilitas yang diukur dalam
pertanyaan tersebut
2. Sifat materi yang diujikan atau
ditanyakan
3. Isi bahan yang ditanyakan sesuai dengan
bidang keilmunya, baik luasnya maupun kedalamnya
C.
Daya
Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat
membedakan antara warga belajar/siswa yang telah menguasai materi yang
ditanyakan dan warga belajar/siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi
yang ditanyakan. Manfaat daya pembeda butir soal adalah seperti berikut ini.
1)
Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya. Berdasarkan
indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui apakah butir soal itu
baik, direvisi, atau ditolak.
2)
Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendeteksi/membedakan
kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau belum memahami materi
yang diajarkan guru. Apabila suatu butir soal tidak dapat membedakan kedua
kemampuan siswa itu, maka butir soal itu dapat dicurigai "kemungkinannya"
seperti berikut ini:
•
Kunci jawaban butir soal itu tidak tepat.
•
Butir soal itu memiliki 2 atau lebih kunci jawaban yang benar
•
Kompetensi yang diukur tidak jelas
•
Pengecoh tidak berfungsi
•
Materi yang ditanyakan terlalu sulit, schingga banyak siswa yang menebak
•
Sebagian besar siswa yang memahami materi yang ditanyakan berpikir ada yang
salah informasi dalam butir soalnya
Indeks
daya pembeda setiap butir soal biasanya juga dinyatakan dalam bentuk proporsi.
Semakin tinggi indeks daya pembeda soal berarti semakin mampu soal yang
bersangkutan membedakan warga belajar/siswa yang telah memahami materi dengan
warga belajar/peserta didik yang belum memahami materi. Indeks daya pembeda
berkisar antara -1,00 sampai dengan +1,00. Semakin tinggi daya pembeda suatu
soal, maka semakin kuat/baik soal itu. Jika daya pembeda negatif (<0)
berarti lebih banyak kelompok bawah (warga belajar/peserta didik yang tidak
memahami materi) menjawab benar soal dibanding dengan kelompok atas (warga
belajar/peserta didik yang memahami materi yang diajarkan guru).
Untuk
mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda adalah dengan menggunakan
rumus berikut ini.
atau
DP = daya pembeda soal,
BA = jumlah jawaban benar pada
kelompok atas,
BB = jumlah jawaban benar pada
kelompok bawah,
N =jumlah siswa yang
mengerjakan tes.
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk uraian adalah
dengan menggunakan rumus berikut ini.
Hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dapat menggambarkan tingkat
kemampuan soal dalam membedakan antar peserta didik yang sudah memahami materi
yang diujikan dengan peserta didik yang belum/tidak memahami materi yang
diujikan. Adapun klasifikasinya adalah seperti berikut ini:
0,40
- 1,00 soal diterima baik
0,30
- 0,39 soal diterima tetapi perlu diperbaiki
0,20
- 0,29 soal diperbaiki
0,19 - 0,00 soal tidak dipakai/dibuang
(http://hilmanburhanudin.blogspot.com/2011/04/rumus-daya-pembeda-dan-tingkat.html di akses pada tanggal 29 oktober 2013)
(http://hilmanburhanudin.blogspot.com/2011/04/rumus-daya-pembeda-dan-tingkat.html di akses pada tanggal 29 oktober 2013)
D.
Kegunaan
Hasil Analisis Butir Soal
Analisis butir soal dapat membantu Anda menjawab pertanyaan
yang diajukan di muka. Analisis butir soal didefinisikan sebagai suatu proses
untuk mengkaji kualitas butir-butir soal tes obyektif. Kualitas butir-butir
soal yang baik menghasilkan tes atau pengukuran hasil belajar yang baik pula.
Demikian juga sebaliknya, manakala kualitas butir-butir soal tidak baik, maka
tidak akan akurat pula tes hasil belajar siswa. Dengan kata lain, kualitas
butir-butir soal dapat membuat siswa pandai mempunyai nilai jelek dan siswa
kurang pandai mendapat nilai baik, seperti dijelaskan di awal bab.
Tes hasil belajar juga dapat memberi informasi tentang
pembelajaran yang telah Anda lakukan. Jika misalnya, rata-rata hasil belajar
siswa itu mempunyai 40 (dengan 100 sebagai nilai sempurna), maka Anda dapat
bertanya apakah perangkat tesnya yang jelek atau pembelajarannya yang tidak
baik.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kegunaan dari analisis butir soal adalah:
1. memberikan informasi tentang kualitas butir-butir soal atau tentang kualitas perangkatTHB
2. memberikan informasi baik tidaknya pembelajaran yang telah dilakukan.
Tes adalah satu atau seperangkat pertanyaan yang direncanakan untuk memperoleh informasi akurat tentang hasil belajar. Pertanyaan tersebut harus mempunyai jawaban yang benar. Tes dapat berupa tes formatif yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah siswa sudah atau belum memahami materi yang diajarkan oleh guru. Tes juga dapat berupa tes sumatif yang merupakan tes hasil belajar dalam suatu periode waktu tertentu sesuai kebutuhan (ujian akhir semester, ujian kenaikan kelas, dan sebagainya). Secara garis besar, dalam analisis butir dengan dapat dilakukan terlebih dahulu menganalisis konstruksi soal dari setiap butir soal. Untuk itu, Anda harus memahami BBM yang ditulis khusus mengenai konstruksi/ pengembangan soal tersebut. Konstruksi soal pilihan berganda terdiri atas stem (pokok soal) dan pilihan jawaban. Berikut disajikan ilustrasi analisis konstruksi butir soal lewat pembahasan 2 contoh butir soal.
1. memberikan informasi tentang kualitas butir-butir soal atau tentang kualitas perangkatTHB
2. memberikan informasi baik tidaknya pembelajaran yang telah dilakukan.
Tes adalah satu atau seperangkat pertanyaan yang direncanakan untuk memperoleh informasi akurat tentang hasil belajar. Pertanyaan tersebut harus mempunyai jawaban yang benar. Tes dapat berupa tes formatif yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah siswa sudah atau belum memahami materi yang diajarkan oleh guru. Tes juga dapat berupa tes sumatif yang merupakan tes hasil belajar dalam suatu periode waktu tertentu sesuai kebutuhan (ujian akhir semester, ujian kenaikan kelas, dan sebagainya). Secara garis besar, dalam analisis butir dengan dapat dilakukan terlebih dahulu menganalisis konstruksi soal dari setiap butir soal. Untuk itu, Anda harus memahami BBM yang ditulis khusus mengenai konstruksi/ pengembangan soal tersebut. Konstruksi soal pilihan berganda terdiri atas stem (pokok soal) dan pilihan jawaban. Berikut disajikan ilustrasi analisis konstruksi butir soal lewat pembahasan 2 contoh butir soal.
Siapakah
di antara nama-nama berikut yang menemukan telepon?
a.Bell
b.Marconi
c.Morse
d.Pasteur
Air panas akan bertahan panas jika disimpan dalam bejana yang dilapisi dengan....
a.kain
b.seng
c.keramik
d.tembaga
Apa yang dapat Anda simpulkan dari dua soal tersebut? Soal pertama Anda amati adalah tentang telepon atau alat komunikasi, sementara soal kedua adalah tentang penyimpanan air panas. Jadi, jika hasil diskusi atau komentar Anda menyimpulkan bahwa kedua soal tersebut tidak mungkin berasal dari satu materi pokok maka Anda sebenarnya sudah melaksanakan kegiatan analisis butir soal dan analisis tes. Anda sudah memperhatikan materi atau isi soal dan kemungkinannya kedua soal tersebut berasal dari satu materi pokok atau mungkin dari satu tes.
a.Bell
b.Marconi
c.Morse
d.Pasteur
Air panas akan bertahan panas jika disimpan dalam bejana yang dilapisi dengan....
a.kain
b.seng
c.keramik
d.tembaga
Apa yang dapat Anda simpulkan dari dua soal tersebut? Soal pertama Anda amati adalah tentang telepon atau alat komunikasi, sementara soal kedua adalah tentang penyimpanan air panas. Jadi, jika hasil diskusi atau komentar Anda menyimpulkan bahwa kedua soal tersebut tidak mungkin berasal dari satu materi pokok maka Anda sebenarnya sudah melaksanakan kegiatan analisis butir soal dan analisis tes. Anda sudah memperhatikan materi atau isi soal dan kemungkinannya kedua soal tersebut berasal dari satu materi pokok atau mungkin dari satu tes.
Jika
kemudian Anda juga memperhatikan pilihan-pilihan jawaban (option) dari soal
tersebut, maka Anda meneruskan analisis isi soal. Anda melihat misalnya pada
soal pertama pilihan jawaban d, yaitu Pasteur itu lain sendiri, karena ilmuwan
tersebutdikenal orang aktif dalam bidang ilmu kesehatan, bukan bidang ilmu
teknis atau ilmu alam. Dengan kata lain, pilihan jawaban tersebut tidak
homogen. Pilihan jawaban tidak homogen sepertinya juga terjadi di soal kedua.
Dua pilihan jawaban terdiri atas logam, sementara dua pilihan lain dari bahan
lain. Pada soal pertama Anda perlu sekali memperhatikan pilihan jawaban d dan
sebaiknya pilihan jawaban tersebut diganti, misalnya dengan nama Edison yang
sama-sama terkenal di bidang ilmu alam, sehingga rumusan soal menjadi:
Siapakah
di antara nama-nama berikut yang menemukan telepon?
a.
Bell.
b.
Edison.
c.
Marconi.
d.
Morse.
Sementara itu, dalam soal kedua, Anda harus memperhatikan
materi pokok yang diajarkan. Jika materi membahas sifat dan karakteristik
berbagai macam bahan, maka pilihan jawaban yang tersaji mungkin sudah tepat.
Akan tetapi, jika materi membahas tentang logam, maka dua pilihan jawaban yang
bukan logam (yaitu, pilihan jawaban a dan b) harus diganti, misalnya, masing-masing
dengan pilihan jawaban besi dan timah.
Selain itu, rumusan soal juga harus diubah, sehingga misalnya menjadi;
Selain itu, rumusan soal juga harus diubah, sehingga misalnya menjadi;
Air
panas akan bertahan panas jika disimpan dalam bejana yang terbuat dari ....
a.
besi
b.
seng
c.
tembaga
d.
timah
Langkah
berikutnya setelah analisis konstruksi butir soal adalah mencermati indikator
soal. Mencermati indikator soal pada dasarnya terdiri atas 2 hal. Hal pertama
adalah mencermati keberadaan komponen indikator soal yang diringkas dengan
‘rumus’ ABCD, yaitu:
A
= Audience, ada subyek pembelajaran yang menjadi peserta tes, misalnya siswa kelas
V semester 2,
B
= Behavior = perilaku yang diuji,
C
= Condition = bahan, alat dan sumber pembelajaran yang tersedia agar dapat
menjawab soal,
D
= Degree, seberapa banyak atau tingkat penguasaan yang dikehendaki. Hal kedua
dalam mencermati indikator soal adalah memeriksa keterkaitannya dengan
indikator pembelajaran. Dalam hal kedua inilah, analisis butir berpotensi untuk
memberi masukan tentang seberapa baik pembelajaran telah dilakukan.
(http://kurikulum-sdmi.blogspot.com/2013/03/analisis-butir-soal.html di akses pada tanggal 29 oktober 2013)
Manfaat
analisis butir soal :
·
membantu
para pengguna tes dalam evaluasi atas tes yang digunakan
·
sangat
relevan bagi penyusunan tes informal dan lokal (seperti tes yang disiapkan guru
di kelas)
·
mendukung
penulisan butir soal yang efektif
·
secara
materi dapat memperbaiki tes di kelas
·
meningkatkan
validitas dan reliabilitas soal
·
menentukan
apakah suatu fungsi butir soal sesuai dengan yang diharapkan
·
memberi
masukan kepada siswa tentang kemampuan dan sebagian dasar untuk bahan diskusi
di kelas
·
memberi
masukan kepada guru tentang kesulitan siswa
·
memberi
masukan pada aspek tertentu untuk pengembangan kurikulum
·
merevisi
materi yang dinilai atau diukur
·
meningkatkan
keterampilan penulisan soal(http://gurupembaharu.com/home/panduan-analisis-butir-soal/ di akses pada tanggal 29 oktober)
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Simpulan
Analisis butir soal merupakan suatu prosedur yang
sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus
terhadap butir tes yang akan kita susun. Analisis pbutir soal pada dasarnya
bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item soal benar-benar baik,sehingga
diperlukan analisis terhadapnya. Analisis
butir tes bertujuan untuk mengidentifikasi butir-butir manakah yang termasuk
dalam kategori baik, kurang baik, dan jelek. Analisis butir tes memungkinkan
kita memperoleh informasi mengenai baik tidaknya suatu butir, sekaligus
memperoleh petunjuk untuk melakukan perbaikan. Penganalisisan terhadap butir-butir
soal dapat dilakukan dari tiga segi yaitu:
1. Teknik analisis kesukaran item soal Analisis tingkat
kesukaran soal yaitu mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya sehingga
dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Tingkat
kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab,
bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal.Angka indeks kesukaran item
ini dapat diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Dubois yaitu: P=Np/N
2. TeknikanalisisdayapembedaDayapembedaitemadalah kemampuan
suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi)
antara kemampuan tinggi dan rendah. Daya pembeda item itu penting sekali bagi
salah satu dasar untuk menyusun butir item tes hasil belajar. Rumus untuk
menentukan indeks diskriminasi adalah: D=PA-PB
3. Teknik analisis fungsi distractor. Distraktor adalah
pengecoh, jawaban-jawaban yang mengecoh. Ini bertujuan menarik untuk
menjawabnya padahal itu salah. Sebagai tindak lanjut atas hasil penganalisaan
terhadap fungsi distraktor tersebut maka distraktor yang sudah menjalankan
fungsinya dengan baik dapat dipakai lagi pada tesnya.
Saran
Analisis butir soal hendaknya kita lakukan untuk dapat mengidentifikasi butir - butir tes secara baik dan tepat dan dapat memahami informasi yang diperoleh untuk melakukan perbaikan.
Saran
Analisis butir soal hendaknya kita lakukan untuk dapat mengidentifikasi butir - butir tes secara baik dan tepat dan dapat memahami informasi yang diperoleh untuk melakukan perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://gurupembaharu.com/home/panduan-analisis-butir-soal/ diakses pada tanggal 29 oktober
2013
http://ilm9.blogspot.com/2012/11/analisis-butir-soal_3221.html di akses
pada tanggal 29 oktober 2013
http://hilmanburhanudin.blogspot.com/2011/04/rumus-daya-pembeda-dan-tingkat.html di akses pada tanggal 29 oktober 2013
http://kurikulum-sdmi.blogspot.com/2013/03/analisis-butir-soal.html di akses pada tanggal 29 oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar