EMI RUSDIANI

Kamis, 26 Desember 2013

MAKALAH KESUKARAN SOAL DAN DAYA PEMBEDA SOAL




BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar belakang
            Evaluasi pembelajaran adalah sistem. Artinya suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai unsur sebagai satu kesatuan. Masing-masing unsur mempunyai fungsi dan peran tersendiri dan perubahan dalam salah satu unsur akan berpengaruh pada unsur yang lainnya. Dalam dunia pendidikan, evaluasi merupakan suatu kegiatan yang tak terpisahkan dan sama pentingnya dengan proses pembelajaran.
Pembelajaran tanpa kegiatan evaluasi akan kehilangan makna. Sebab guru tidak akan memperoleh informasi penting tentang tingkat pencapaian tujuan, tingkat penguasaan materi belajar, kekuatan, kelemahan siswa dalam belajar, serta kekuatan-kelemahan guru dalam proses pembelajaran yang dikembangkan. Walaupun evaluasi dianggap penting dan sudah merupakan pekerjaan rutin guru, namun dalam kenyataan sehari-hari di lapangan sistem evaluasi dalam pembelajaran bukan berarti tanpa persoalan. Berdasar pengamatan sepintas di lapangan, beberapa persoalan tersebut paling tidak berkaitan dengan pemahaman konsep dasar evaluasi, pelaksanaan dan pemanfaatannya, serta evaluasi program pengajaran.

Dalam proses pembelajaran ada tiga komponen utama yang merupakan satu kesatuan, yaitu tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. Masing-masing komponen dalam proses pembelajaran tersebut saling bergantung. Oleh karena itu ketiga komponen harus senantiasa sesuai satu sama lainnya.
Dalam melakukan evaluasi terhadap alat pengukur yang telah digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar dari para peserta didiknya (muridnya, siswa, mahasiswa dan lain-lain). Alat pengukur dimaksud adalah tes hasil belajar, yang sebagai mana telah kita maklumi, batang tubuhnya terdiri dari kumpulan butir-butir soal (=item, tes). Dalam aplikasinya mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting dalam hal untuk mengetahui tujuan yang ingin dicapai.

2.      Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Menganalisis Kesukaran  soal ?
2.      Bagaimana Menganalisis daya pembeda soal ?
3.      Bagaiman kegunaan hasil analisis butir soal ?

3.      Tujuan Masalah
1.      Untuk memahami cara menganalisis kesukaran soal
2.      Untuk memahami cara menganalisis daya pembeda soal
3.      Untuk memahami kegunaan hasil analisis butir soal































BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Analisis Butir Soal
Butir soal merupakan perangkat utama dalam sistem penilaian terhadap siswa di sekolah. Untuk itu sangat penting menentukan mana soal-soal yang cacat atau tidak berfungsi penggunaannya. Pendidik perlu meningkatkan kualitas butir soal melalui analisis terhadap tiga komponen utama yang meliputi (1) tingkat kesukaran, (2) daya pembeda, dan (3) pengecoh soal. (http://gurupembaharu.com/home/panduan-analisis-butir-soal/ diakses pada tanggal 29 oktober 2013)
Analisis butir soal merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang akan kita susun. Analisis butir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item soal benar-benar baik, sehingga diperlukan analisis terhadapnya.Analisis item soal terutama dapat dilakukan untuk tes objektif. Dimana tes objektif merupakan alat evaluasi (hasil belajar mengajar) yang mengukur kepada objek-objeknya. Hal ini tidak berarti bahwa tes uraian tidak dapat di analisis, akan tetapi memang dalam menganalisis butir tes uraian belum ada pedoman secara standar. (http://ilm9.blogspot.com/2012/11/analisis-butir-soal_3221.html di akses pada tanggal 29 oktober 2013)
Kegiatan menganalisis butir soal merupakan proses pengumpulan, peringkasan dan penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian. Analisis butir tes merupakan kegiatan penting dalam upaya memperoleh instrument yang berkategori baik. Analisis ini meliputi: Menentukan validitas dan reliabilitas tes, dan Analisis butir tes. Menurut Thorndike & Hagen, analisis terhadap butir tes yang telah dijawab siswa suatu kelas mempunyai dua tujuan, yakni:
1.      Jawaban-jawaban soal-soal tersebut merupakan informasi diagnosis untuk meneliti pelajaran dari kelas itu dan kegagalan-kegagalan belajarnya, serta selanjutnya untuk membimbing kea rah cara belajar yang baik,
2.      Jawaban terhadap soal-soal dan perbaikan soal-soal yang didasarkan atas jawaban-jawaban tersebut merupakan dasar bagi penyiapan tes-tes yang lebih baik.
Analisis butir tes bertujuan untuk mengidentifikasi butir-butir manakah yang termasuk dalam kategori baik, kurang baik, dan jelek. Analisis butir tes memungkinkan kita memperoleh informasi mengenai baik tidaknya suatu butir, sekaligus memperoleh petunjuk untuk melakukan perbaikan. Dengan melakukan analisis butir setidaknya kita dapat mengetahui empat hal penting,yaitu:
1.      Bagaimana taraf kesukaran setiap butir tes?
2.      Apakah setiap soal memiliki daya pembeda baik?
3.      Apakah semua alternative jawaban dapat berfungsi secara baik?
4.      Sejauhmana tiap butir tes dapat mengukur hasil pembelajaran?
Tujuan analisis butir soal :
  • mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu sebelum digunakan.
  • membantu meningkatkan kualitas tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif
  • mengetahui informasi diagnostik pada siswa, sudahkan mereka memahami materi yang telah diajarkan
Ada dua jenis analisis butir soal yang dapat pendidik laksanakan, yaitu :
  1. Analisis secara kualitatif, prosedur peningkatan secara judgement, terkait dengan isi dan bentuk soal
  2. Analisis secara kuantitatif, prosedur peningkatan secara empirik, terkait dengan ciri-ciri statistiknya
Analisis Secara Kualitatif
Pengertian
  • Penelaahan ini biasanya dilakukan sebelum soal digunakan/diujikan (tes tertulis, perbuatan, dan sikap)
  • Aspek yang ditelaah : segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, dan kunci jawaban/pedoman penskorannya
  • Bahan penunjang : bahan-bahan penunjang seperti: (1) kisi-kisi tes, (2) kurikulum yang digunakan, (3) buku sumber, dan (4) kamus bahasa Indonesia.
Teknik analisis
1.         Teknik moderator merupakan teknik berdiskusi yang di dalamnya terdapat satu orang sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap butir soal didiskusikan secara bersama-sama dengan beberapa ahli dan dimoderatori oleh satu orang.
Kelebihan : Setiap butir soal dapat dituntaskan secara bersama-sama, perbaikannya seperti apa
Kelemahan : Teknik ini adalah memerlukan waktu lama untuk rnendiskusikan setiap satu butir soal.
2.         Teknik panel merupakan suatu teknik menelaah butir soal yang setiap butir soalnya ditelaah berdasarkan kaidah penulisan butir soal. Para penelaah dipersilakan memperbaiki langsung pada teks soal dan memberikan komentarnya serta memberikan nilai pada setiap butir soalnya yang kriterianya adalah: baik, diperbaiki, atau diganti.
Prosedur analisis
Untuk mempermudah prosedur pelaksanaan dapat menggunakan format penelahaan soal yang digunakan sebagai dasar untuk menganalisis setiap butir soal.
Model format penelaahan soal :
Analisis Secara Kuantitatif
Pengertian
Penelaahan butir soal didasarkan pada data empirik dari butir soal terkait yang telah diujikan.
Pendekatan analisis
Klasik
Analisis butir soal secara klasik adalah proses penelaahan butir soal melalui informasi dari jawaban peserta didik guna meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik.
Kelebihan : mudah , murah, sederhana, familier digunakan guru-guru,dapat menggunakan data sampel kecil.
Kelemahan :
(1) Tingkat kemampuan dalam teori klasik adalah “true score”. Jika tes sulit artinya tingkat kemampuan peserta didik mudah. Jika tes mudah artinya tingkat kemampuan peserta didik tinggi.
(2) Tingkat kesukaran soal didefinisikan sebagai proporsi peserta didik dalam grup yang menjawab benar soal. Mudah/sulitnya butir soal tergantung pada kemampuan peserta didik yang dites dan kemampuan tes yang diberikan.
(3) Daya pembeda, reliabilitas, dan validitas soal/tes didefinisikan berdasarkan grup peserta didik.
Modern
Penelaahan butir soal dengan menggunakan Item Response Theory (IRT) atau teori jawaban butir soal. Teori ini merupakan suatu teori yang menggunakan fungsi matematika untuk menghubungkan antara peluang menjawab benar suatu soal dengan kemampuan siswa.
IRT merupakan hubungan antara probabilitas jawaban suatu butir soal yang benar dan kemampuan siswa atau tingkatan/level prestasi siswa.
Kelebihan :                                                                  
(1) asumsi banyak soal yang diukur pada trait yang sama, perkiraan tingkat kemampuan peserta didik adalah independen;
(2) asumsi pada populasi tingkat kesukaran, daya pembeda merupakan independen sampel yang menggambarkan untuk tujuan kalibrasi soal;
(3) statistik yang digunakan untuk menghitung tingkat kemampuan siswa diperkirakan dapat terlaksana
Kelemahan : prosesnya cukup rumit dan sulit
Penghitungan dalam penelaahan butir soal secara kuantitatif dapat menggunakan bantuan kalkulato scientific atau program komputer. (http://gurupembaharu.com/home/panduan-analisis-butir-soal/ diakses pada tanggal 29 oktober 2013)
B. Tingkat Kesukaran (TK)
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 - 1,00. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki TK= 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang menjawab benar dan bila memiliki TK= 1,00 artinya bahwa siswa menjawab benar.            Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu.  Rumus ini dipergunakan untuk soal obyektif. Rumusnya adalah seperti berikut ini:





Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes. Misalnya untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan diagnostik biasanya digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah.

Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian digunakan rumus berikut ini.





Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas menggambarkan tingkat kesukaran soal itu. Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dicontohkan seperti berikut ini.

0,00 - 0,30 soal tergolong sukar
0,31 - 0,70 soal tergolong sedang
0,71 - 1,00 soal tergolong mudah

Tingkat kesukaran butir soal dapat mempengaruhi bentuk distribusi total skor tes. Untuk tes yang sangat sukar (TK= < 0,25) distribusinya berbentuk positif skewed, sedangkan tes yang mudah dengan TK= >0,80) distribusinya berbentuk negatif skewed.

Tingkat kesukaran butir soal memiliki 2 kegunaan, yaitu kegunaan bagi guru dan kegunaan bagi pengujian dan pengajaran. Kegunaannya bagi guru adalah:
(1) sebagai pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan memberi masukan kepada siswa tentang hasil belajar mereka
(2) memperoleh informasi tentang penekanan kurikulum atau mencurigai terhadap butir soal yang biasa.
Adapun kegunaannya bagi pengujian dan pengajaran adalah:
(a) pengenalan konsep yang diperlukan untuk diajarkan ulang
(b) tanda-tanda terhadap kelebihan dan kelemahan pada kurikulum sekolah
(c) memberi masukan kepada siswa
(d) tanda-tanda kemungkinan adanya butir soal yang biasa
(e) merakit tes yang memiliki ketepatan data soal.
Di samping kedua kegunaan di atas, dalam konstruksi tes, tingkat kesukaran butir soal sangat penting karena tingkat kesukaran butir dapat: (1) mempengaruhi karakteristik distribusi skor (mempengaruhi bentuk dan penyebaran skor tes atau jumlah soal dan korelasi antarsoal), (2) berhubungan dengan reliabilitas. Menurut koefisien alfa clan KR-20, semakin tinggi korelasi antar soal, semakin tinggi reliabilitas.
Tingkat kesukaran butir soal juga dapat digunakan untuk memprediksi alat ukur itu sendiri(soal) dan kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan guru. Misalnya satu butir soal termasuk kategori mudah, maka prediksi terhadap informasi ini adalah seperti berikut.
1)    Pengecoh butir soal itu tidak berfungsi.
2)    Sebagian besar siswa menjawab benar butir soal itu; artinya bahwa sebagian besar siswa telah memahami materi yang ditanyakan.

Bila suatu butir soal termasuk kategori sukar, maka prediksi terhadap informasi ini adalah seperti berikut.
1)    Butir soal itu "mungkin" salah kunci jawaban.
2)    Butir soal itu mempunyai 2 atau lebih jawaban yang benar.
3)    Materi yang ditanyakan belum diajarkan atau belum tuntas pembelajarannya, sehingga kompetensi minimum yang harus dikuasai siswa belum tercapai.
4)    Materi yang diukur tidak cocok ditanyakan dengan menggunakan bentuk soal yang diberikan (misalnya meringkas cerita atau mengarang ditanyakan dalam bentuk pilihan ganda).
5)    Pernyataan atau kalimat soal terlalu kompleks dan panjang.

Namun, analisis secara klasik ini memang memiliki keterbatasan, yaitu bahwa tingkat kesukaran sangat sulit untuk mengestimasi secara tepat karena estimasi tingkat kesukaran dibiaskan oleh sampel (Haladyna, 1994: 145). Jika sampel berkemampuan tinggi, maka soal akan sangat mudah (TK= >0,90). Jika sampel berkemampuan rendah, maka soal akan sangat sulit (TK = < 0,40). Oleh karena itu memang merupakan kelebihan analisis secara IRT, karena 1RT dapat mengestimasi tingkat kesukaran soal tanpa menentukan siapa peserta tesnya (invariance). Dalam IRT, komposisi sampel dapat mengestimasi parameter dan tingkat kesukaran soal tanpa biasa.( http://gurupembaharu.com/home/panduan-analisis-butir-soal/ di akses pada tanggal 29 oktober 2013)
Soal dikatakan baik apabila soal tersebut tidak terlalu sukar atau terlalu mudah. Soal dah, yakni semua anak dapat mengerjakan dengan benar, adalah tidak baik. Demikian juga soal yang terlalu sukar, yaitu semua anak tidak dapat mengerjakan soal dengan benar, juga merupakan soal yang tidak baik. Hal itu disebabkan karena soal yang terlalu mudah tidak merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Dan soal yang terlalu sukar menyebabkan peserta didik putus asa serta menjadi tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.
Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal kategori mudah, sedang, dan sukar. Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan, yakni jumlah soal sama untuk ketiga kategori tersebut. Artinya, soal mudah, sedang, dan sukar jumlahnya seimbang. Persoalan lain adalah menentukan kriteria soal, yaitu ukuran untuk menentukan apakah soal tersebut termasuk mudah, sedang atau sukar. Dalam menentukan kriteria ini digunakan judgment dari guru berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut antara lain adalah:
1.      Abilitas yang diukur dalam pertanyaan tersebut
2.      Sifat materi yang diujikan atau ditanyakan
3.      Isi bahan yang ditanyakan sesuai dengan bidang keilmunya, baik luasnya maupun kedalamnya

C.             Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara warga belajar/siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan warga belajar/siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Manfaat daya pembeda butir soal adalah seperti berikut ini.
1)    Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya. Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui apakah butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak.
2)    Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendeteksi/membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau belum memahami materi yang diajarkan guru. Apabila suatu butir soal tidak dapat membedakan kedua kemampuan siswa itu, maka butir soal itu dapat dicurigai "kemungkinannya" seperti berikut ini:
•    Kunci jawaban butir soal itu tidak tepat.
•    Butir soal itu memiliki 2 atau lebih kunci jawaban yang benar
•    Kompetensi yang diukur tidak jelas
•    Pengecoh tidak berfungsi
•    Materi yang ditanyakan terlalu sulit, schingga banyak siswa yang menebak
•    Sebagian besar siswa yang memahami materi yang ditanyakan berpikir ada yang salah informasi dalam butir soalnya
Indeks daya pembeda setiap butir soal biasanya juga dinyatakan dalam bentuk proporsi. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal berarti semakin mampu soal yang bersangkutan membedakan warga belajar/siswa yang telah memahami materi dengan warga belajar/peserta didik yang belum memahami materi. Indeks daya pembeda berkisar antara -1,00 sampai dengan +1,00. Semakin tinggi daya pembeda suatu soal, maka semakin kuat/baik soal itu. Jika daya pembeda negatif (<0) berarti lebih banyak kelompok bawah (warga belajar/peserta didik yang tidak memahami materi) menjawab benar soal dibanding dengan kelompok atas (warga belajar/peserta didik yang memahami materi yang diajarkan guru).
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda adalah dengan menggunakan rumus berikut ini.
           atau   
DP = daya pembeda soal,
BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas,
BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah,
N  =jumlah siswa yang mengerjakan tes.

Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk uraian adalah dengan menggunakan rumus berikut ini.



Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dapat menggambarkan tingkat kemampuan soal dalam membedakan antar peserta didik yang sudah memahami materi yang diujikan dengan peserta didik yang belum/tidak memahami materi yang diujikan. Adapun klasifikasinya adalah seperti berikut ini:
0,40 - 1,00    soal diterima baik
0,30 - 0,39    soal diterima tetapi perlu diperbaiki
0,20 - 0,29    soal diperbaiki
0,19 - 0,00     soal tidak dipakai/dibuang
(http://hilmanburhanudin.blogspot.com/2011/04/rumus-daya-pembeda-dan-tingkat.html di akses pada tanggal 29 oktober 2013)
D.                   Kegunaan Hasil Analisis Butir Soal
Analisis butir soal dapat membantu Anda menjawab pertanyaan yang diajukan di muka. Analisis butir soal didefinisikan sebagai suatu proses untuk mengkaji kualitas butir-butir soal tes obyektif. Kualitas butir-butir soal yang baik menghasilkan tes atau pengukuran hasil belajar yang baik pula. Demikian juga sebaliknya, manakala kualitas butir-butir soal tidak baik, maka tidak akan akurat pula tes hasil belajar siswa. Dengan kata lain, kualitas butir-butir soal dapat membuat siswa pandai mempunyai nilai jelek dan siswa kurang pandai mendapat nilai baik, seperti dijelaskan di awal bab.
Tes hasil belajar juga dapat memberi informasi tentang pembelajaran yang telah Anda lakukan. Jika misalnya, rata-rata hasil belajar siswa itu mempunyai 40 (dengan 100 sebagai nilai sempurna), maka Anda dapat bertanya apakah perangkat tesnya yang jelek atau pembelajarannya yang tidak baik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegunaan dari analisis butir soal adalah:
1. memberikan informasi tentang kualitas butir-butir soal atau tentang kualitas perangkatTHB
2. memberikan informasi baik tidaknya pembelajaran yang telah dilakukan.
Tes adalah satu atau seperangkat pertanyaan yang direncanakan untuk memperoleh informasi akurat tentang hasil belajar. Pertanyaan tersebut harus mempunyai jawaban yang benar. Tes dapat berupa tes formatif yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah siswa sudah atau belum memahami materi yang diajarkan oleh guru. Tes juga dapat berupa tes sumatif yang merupakan tes hasil belajar dalam suatu periode waktu tertentu sesuai kebutuhan (ujian akhir semester, ujian kenaikan kelas, dan sebagainya). Secara garis besar, dalam analisis butir dengan dapat dilakukan terlebih dahulu menganalisis konstruksi soal dari setiap butir soal. Untuk itu, Anda harus memahami BBM yang ditulis khusus mengenai konstruksi/ pengembangan soal tersebut. Konstruksi soal pilihan berganda terdiri atas stem (pokok soal) dan pilihan jawaban. Berikut disajikan ilustrasi analisis konstruksi butir soal lewat pembahasan 2 contoh butir soal.
Siapakah di antara nama-nama berikut yang menemukan telepon?
a.Bell
b.Marconi
c.Morse
d.Pasteur
Air panas akan bertahan panas jika disimpan dalam bejana yang dilapisi dengan....
a.kain
b.seng
c.keramik
d.tembaga
Apa yang dapat Anda simpulkan dari dua soal tersebut? Soal pertama Anda amati adalah tentang telepon atau alat komunikasi, sementara soal kedua adalah tentang penyimpanan air panas. Jadi, jika hasil diskusi atau komentar Anda menyimpulkan bahwa kedua soal tersebut tidak mungkin berasal dari satu materi pokok maka Anda sebenarnya sudah melaksanakan kegiatan analisis butir soal dan analisis tes. Anda sudah memperhatikan materi atau isi soal dan kemungkinannya kedua soal tersebut berasal dari satu materi pokok atau mungkin dari satu tes.
Jika kemudian Anda juga memperhatikan pilihan-pilihan jawaban (option) dari soal tersebut, maka Anda meneruskan analisis isi soal. Anda melihat misalnya pada soal pertama pilihan jawaban d, yaitu Pasteur itu lain sendiri, karena ilmuwan tersebutdikenal orang aktif dalam bidang ilmu kesehatan, bukan bidang ilmu teknis atau ilmu alam. Dengan kata lain, pilihan jawaban tersebut tidak homogen. Pilihan jawaban tidak homogen sepertinya juga terjadi di soal kedua. Dua pilihan jawaban terdiri atas logam, sementara dua pilihan lain dari bahan lain. Pada soal pertama Anda perlu sekali memperhatikan pilihan jawaban d dan sebaiknya pilihan jawaban tersebut diganti, misalnya dengan nama Edison yang sama-sama terkenal di bidang ilmu alam, sehingga rumusan soal menjadi:
Siapakah di antara nama-nama berikut yang menemukan telepon?
a. Bell.
b. Edison.
c. Marconi.
d. Morse.
Sementara itu, dalam soal kedua, Anda harus memperhatikan materi pokok yang diajarkan. Jika materi membahas sifat dan karakteristik berbagai macam bahan, maka pilihan jawaban yang tersaji mungkin sudah tepat. Akan tetapi, jika materi membahas tentang logam, maka dua pilihan jawaban yang bukan logam (yaitu, pilihan jawaban a dan b) harus diganti, misalnya, masing-masing dengan pilihan jawaban besi dan timah.
Selain itu, rumusan soal juga harus diubah, sehingga misalnya menjadi;
Air panas akan bertahan panas jika disimpan dalam bejana yang terbuat dari ....
a. besi
b. seng
c. tembaga
d. timah          
Langkah berikutnya setelah analisis konstruksi butir soal adalah mencermati indikator soal. Mencermati indikator soal pada dasarnya terdiri atas 2 hal. Hal pertama adalah mencermati keberadaan komponen indikator soal yang diringkas dengan ‘rumus’ ABCD, yaitu: 
A = Audience, ada subyek pembelajaran yang menjadi peserta tes, misalnya siswa kelas V semester 2, 
B = Behavior = perilaku yang diuji, 
C = Condition = bahan, alat dan sumber pembelajaran yang tersedia agar dapat menjawab soal, 
D = Degree, seberapa banyak atau tingkat penguasaan yang dikehendaki. Hal kedua dalam mencermati indikator soal adalah memeriksa keterkaitannya dengan indikator pembelajaran. Dalam hal kedua inilah, analisis butir berpotensi untuk memberi masukan tentang seberapa baik pembelajaran telah dilakukan.
Manfaat analisis butir soal :
·         membantu para pengguna tes dalam evaluasi atas tes yang digunakan
·         sangat relevan bagi penyusunan tes informal dan lokal (seperti tes yang disiapkan guru di kelas)
·         mendukung penulisan butir soal yang efektif
·         secara materi dapat memperbaiki tes di kelas
·         meningkatkan validitas dan reliabilitas soal
·         menentukan apakah suatu fungsi butir soal sesuai dengan yang diharapkan
·         memberi masukan kepada siswa tentang kemampuan dan sebagian dasar untuk bahan diskusi di kelas
·         memberi masukan kepada guru tentang kesulitan siswa
·         memberi masukan pada aspek tertentu untuk pengembangan kurikulum
·         merevisi materi yang dinilai atau diukur
·         meningkatkan keterampilan penulisan soal(http://gurupembaharu.com/home/panduan-analisis-butir-soal/ di akses pada tanggal 29 oktober)
















BAB III
PENUTUP
Simpulan
Analisis butir soal merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang akan kita susun. Analisis pbutir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item soal benar-benar baik,sehingga diperlukan analisis terhadapnya. Analisis butir tes bertujuan untuk mengidentifikasi butir-butir manakah yang termasuk dalam kategori baik, kurang baik, dan jelek. Analisis butir tes memungkinkan kita memperoleh informasi mengenai baik tidaknya suatu butir, sekaligus memperoleh petunjuk untuk melakukan perbaikan. Penganalisisan terhadap butir-butir soal dapat dilakukan dari tiga segi yaitu:
1. Teknik analisis kesukaran item soal Analisis tingkat kesukaran soal yaitu mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal.Angka indeks kesukaran item ini dapat diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Dubois yaitu:  P=Np/N
2. TeknikanalisisdayapembedaDayapembedaitemadalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara kemampuan tinggi dan rendah. Daya pembeda item itu penting sekali bagi salah satu dasar untuk menyusun butir item tes hasil belajar. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah: D=PA-PB
3. Teknik analisis fungsi distractor. Distraktor adalah pengecoh, jawaban-jawaban yang mengecoh. Ini bertujuan menarik untuk menjawabnya padahal itu salah. Sebagai tindak lanjut atas hasil penganalisaan terhadap fungsi distraktor tersebut maka distraktor yang sudah menjalankan fungsinya dengan baik dapat dipakai lagi pada tesnya.
Saran
Analisis butir soal hendaknya kita lakukan untuk dapat mengidentifikasi butir - butir tes secara baik dan tepat dan dapat memahami informasi yang diperoleh untuk melakukan perbaikan.

DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar